Report Abuse

Featured Post

Puisi Jam Tangan || Tema cinta

Jam tangan Serpihan detik jarum jam untuk seseorang, manakala ia bergelimang air mata  gemintang bak kasih sayang  "Hei" Ku sapa malam mu. …

Puisi Perpisahan



Puisi perpisahan



Surat itu sekarang tidak lagi berbentuk kertas di selimuti amplop putih berisikan tentang kelulusan,setetes harapan dari kita yang saling berjauhan kini tak lagi duduk bersamaan menyelimuti rasa takut kala itu.

Tahun ini kita tidak melewati tiga hari menggeluti soal-soal rumit dari dari segelintir tekhnologi,dimana nilai rapot lah yang paling menentukan layak atau tidaknya.


Kini kita hanya berdiam diri di kamar sepi di selimuti rasa sunyi menunggu pemberitahuan,kadang kala rasa takut hanya bisa di rasakan sendiri dan hanya merayakannya lewat sosial media saja.


Tahun ini mengukir sejarah,tanpa melewati ujian yang sedari dulu kita siapkan. Pandemi ini berkuasa setidaknya meruntuhkan asa semua siswa,jejaknya kian menyebar membuat kita harus sangat bersabar.

Lulus (hahaha) terlihat lucu,berbentuk gambar tersimpan di galeri surat itu aku rayakan sendiri.Merayakan tak saling memeluk dan berjabat tangan hanya mengucapkan lewat pesan singkat.


Materi manjadi basi,angan menjadi lidi terobsesi masa depan hilang begitu saja 

Peliknya suasana dan pilu menjadi nyata ketika mendengar kabar saat ini.

Perpisahan di rayakan dengan begitu megah,tahun ini mungkin itu tiada arti,

hanya kata yang terucap untuk kembali membangunkan semangat  " kalian hebat,kalian bisa ".Dunia baru di depan mata cobalah mengukir bukan saatnya untuk main-main lupakan hari kemarin.

 Satu gelas hancur berkeping-keping setelah terjatuh dari meja makan, momentum yang kita tunggu hilang setelah pandemi ini datang bosan berdiam diri di rumah sesekali ingin bercengkrama dengan mereka . 


Kita menapaki usia dewasa, mengarungi tantangan dunia bertahanlah dan saling menyapa dengan kenyataan yang tak sesuai dengan cita.

Dinding sekolah merasa sepi tak ada lagi canda di pagi hari,papan tulis menyisakan tinta bekas,meja merindukan sandaran dan hanya memberikan pesan singkat "selamat menempuh hidup baru,buat kalian yang lulus di tahun 2020 ". Kita sadar ini adalah awal dari segalanya mengukir masa depan menggeluti kehidupan yang sangat amat keras Semoga kita bisa mencapai apa yang di harapkan.

Melepas seragam putih abu kadang kala menuai rindu banyak sebab membuat kita pisah terlebih dulu,sajak-sajak ini mewakili kekecewaan megahnya perpisahan yang amat di impikan. 


Selamat tinggal yang tak saling menatap peluk yang tak saling mendekap bukan hal mudah untuk di lakukan jika perpisahan begitu cepat dengan menuai banyak cakap di status WhatsApp. Kesedihan tahun ini nyata adanya dengan begitu kita hanya bisa berdoa semoga baik-baik saja. Duduk bersama di Gedung aula sambil mendengarkan puisi-puisi perpisahan tak saling memeluk di riuk pikuknya wisuda sambil meneteskan air mata dan semuanya hanyalah impian semata yang tak kan menjadi nyata.

Tahun ini menyisakan cerita tersendiri menyudahi dan memanjat tembok sekolah yang tinggi di setiap paginya, kisah ini tak sesejuk embun pagi berharap kenangan tak terbakar api jiwa ini tak saling melengkapi dan mengapa begitu berharap pada satu lembar kertas berisikan prestasi. Jalan menuju masa depan semakin berliku aku mengharapkan maafmu (guru) ,

menumpahkan segala kecewameneteskan sedikit air mata mengikat emosi dari segala benci untuk tidak saling iri dan tibalah saat kita kini untuk undur diri. 

Related Posts

3 comments

  1. Saya merasa sedih setelah memahami puasa yang admin buat. Tapi tolong min, perbaiki tanda baca puisi di atas agar enak dibaca.

    ReplyDelete
  2. Terimakasih atas kritikannya, insyallah saya akan memperbaikinya.

    ReplyDelete
  3. Keren gan puisinya jadi ikut sedih

    ReplyDelete

Post a Comment